Dampak Letusan Gunung Tambora
Tahun Tanpa Musim Panas
The Years Without A
Summer
Diterjemahkan dari Buku "Greetings From Tambora, A Potpurry of the stories on the deadliest volcano eruption"
Penulis : Adjat Sudrajat, dan Heryadi Rachmat
Penerbit : Museum Geologi, Tahun 2015 Bandung
Tahun tanpa musim panas adalah julukan yang diberikan untuk tahun 1815, karena pada watu itu belahan
bumi utara seperti Benua Eropa dan Amerika Utara tidak mengalami musim panas
seperti biasanya. Hal ini disebabkan oleh Letusan Dahsyat Gunung Tambora yang
abu hasil letusannya menghalanghi cahaya matahari masuk ke permukaan bumi.
Letusan tambora juga secara tidak langsung menyebakan wabah kelaparan yang
parah, kekacauan terjadi dimana – mana. Dan pada waktu itu juga sering disebut
Krisis yang hebat di dunia barat.
A.
Perubahan Iklim yang tiba tiba
Pada mulanya, penduduk di pesisir
Atlantik dibingungkan dengan perubahan cuaca yang ekstrim. Fenomena ini diikuti
oleh berakhirnya perang Napoleon pada tahun 1815 ketika pasukan Napoleon
menyerah akibat kekalahannya pada perang di Waterloo. Udara yang basah menghalangi
pergerakan pasukan perang, Meriam terperangkap pada tanah yang berlumpur,
memberikan kesempatan untuk pasukan Inggris – Prussia menyerang pasukan
Perancis. Meskipun perang nampaknya akan berakhir, tetap meninggalkan luka dari
perang yang ditimbulkan. Kegelisahan sosial dan kemiskinan menyebar ke seluruh
benua. Banyak penduduk berpindah ke Benua baru yaitu benua Amerika. Penderitaan
akhirnya bertambah dengan udara basah dan malapetaka di musim panas tahun 1815.
Pada hari itu hari selalu mendung
dan matahari tidak pernah muncul , hal ini didukung oleh awan abu-abu dan hitam
yang menutupi cahaya matahari. Orang orang berharap pada tahun selanjutnya
(1816) cuaca akan berubah dan berjalan dengan normal sebagaimana mestinya, hal
itu terlihat dengan musim panas yang tidak pernah datang di tahun 1815. Hari
demi hari cuaca berubah menjadi ekstrim dengan suhu yang sangta dingin.
Penduduk New Foundland mengingat tahun itu dengan 1800 dan mati kedinginan. Hal
tersebut ditunjukkan penurunan suhu global sebesar 1 – 2,5oC bahkan
di beberapa tempat bisa mencapai 10o C.
Dugaan akan terjadinya musim
panas pada bulan bulan itu, berubah menjadi cuaca yang dingin, turunnya salju
dan sungai- sungai membeku. Tanaman
panga gagal tumbuh sehingga tidak ada panen pada waktu itu. Kondisi yang
berat ini yang nantinya akan menyebabkan kelaparan di seluruh benua eropa. Di
sisi lain samudera Atlantik, pada tahun 1816 udara kering dan dingin. Faktor
tersebut menyebabkan dampak yang sama yaitu kekurangan bahan pangan
dimana-mana, banyak hewan ternak mati karena kekurangan makanan, beberapa orang
mencari makan dengan menangkap ikan makarel di laut sekitar. Hal ini terjadi di
belahan Bumi utara. Akhirnya menghasilkan Kegelisahan sosial, Kelompok petani
berbaris dan berpindah ke kota untuk mencari makan, terjadi penyerangan dan
pencurian di pabrik roti. Di perancis, lembaga kehormatan kerajaan di ambang
kehancuran. Di wales dan Inggris raya, orang-orang melakukan perjalanan jauh
untuk menemukan makanan dan akhirnya menjadi engemis di perkotaan.
Beberapa orang menyebut situasi
ini dengan “ Krisis Hebat di Dunia Barat”. Dampak dari letusan Gunung Tambora
turut di rasakan oleh penduduk di Eropa, Amerika dan di Belahan Bumi bagian
Utara. Pada erupsi Krakatau tahun 1883, ketika komunikasi global sudah
berkembang, orang orang melihat bahwa Erupsi dengan Skala besar seperi Krakatau
bisa menyebabkan gangguan atmosfer global.Fenomena ini mencetuskan investigasi
balik pada situasi di tahun 1816, ketika iklim dunia tiba-tiba berubah. Orang
orang sekarang percaya bahwa letusan tambora mungkin saja mengubah pola iklim
dunia. Penelitian lebih lanjut menyimpulkan bahwa “ Super Sulfat Aerosol di
Atmosfer kemungkinan bisa menghalangi sinar matahari untuk masuk dan mencapai
permukaan bumi “.
TEKANAN SITUASI DI EROPA
Perang Napoleaon sudah
melumpuhkan pertanian dan indsutri Eropa. Ribuan orang mati karena perang. Ketika
kekaisaran napoleon kembali dari pengasingan di Pulau Elba, Mediterania. Situasi
eropa berubah menjadi tidak tenang. Perang akan segera pecah ketika pasukan
menyerbu. Namun sayangnya, bulan kering di bulan Juni berlangsung tidak seperti
biasanya, malah musim panas yang hangat dan kering menjadi basah dan berkabut. Abu
letusan dari gunung tambora telah merubah temperature, padahal letusan terjadi
jauh di timur tapi mempengaruhi dunia. Kondisi yang tidak menguntungkan membuat
Napoleon menyerah, mengakhiri 100 hari kembalinya dari pengasingan.
Gejolak politik hampir
meruntuhkan King Louis XVIII dari tahtanya sebagai raja perancis. Banyak sekali
pengangguran veteran perang yang menjadi beban pada situasi yang sudah kacau. Selanjutnya
pada pasca perang tidak pemimpin yang mampu melanjutkan dan meningkatkan
industri. Harga meningkat membuat orang
orang mencuri makanan dari pabrik. Penjaharan terjadi hampir di seluruh kota.
Krisis terjadi di Jerman. Harga pangan
meningkat dari hari ke hari karena berkurangnya komoditas bahan pangan. Demostrasi
masa terjadi di pabrik, toko makanan, dan pasar. Demosntrasi berubah menjadi
huru hara, kebakaran dan penjarahan. Pemerintah mengumumkan status darurat. Penduduk
yang lapar berkumpul di kota untuk mengemis makanan. Warga Jerman mengingat kemabli kejadian ini
sebagai “ Tahun-tahun Pengemis “. Tidak ada seorangpun yang tahu sebab dari
buruknya iklim pada waktu itu.
Sungai-sungai di Jerman berubah
menjadi liar. Banjir terjadi di Sungai Rheine dan membuat lahan pertanian
terendam di sepanjuang bantarannya. Situasi ini disebabkan oleh badai yang
terjadi selama awal musim panas di Bulan agustus. Musim panas tidak kunjung
datang.
Di Britania dan Irlandia cuaca
sangat dingin, saljupun turun, kelaparan menyebar sampai ke tenggara Irlandia. Banyak
orang yang pindah ke kota dan menjadi pengemis makanan. Gerakan demonstrasi membawa
bendera bertuliskan “Roti atau darah”. Terjadi kegagalan pada panen gandum,
jagung, padi-padian dan kentang. Kemudian, antara tahun 1816 sd 1819, wabah
penyakit tifus menyerang Irlandia yang menyebabkan 100.000 orang tewas akibat
wabah tersebut. Angka ini menyumbang pada angka kematian rata-rata tahunan
menjadi 200.000 orang per tahun, dua kali lebih besar dari pada tahun-tahun
biasa selama krisis iklim di Eropa.
Di Swiss suhu turun secara
signifikan. Cuaca menjadi basah, hujan hampir terjadi pada setiap malam. Swiss menderita
banyak karena kekurangan bahan makanan termasuk hewan ternak. Ribuan hewan
ternak mati. Di sisi lain malapetaka yang terjadi di swiss menambah kekakayaan literature
dunia. Dinyatakan demikian, karena pada musim panas tahun 1816 Pangeran Byrons
bersama kelompoknya menhabiskan liburan di Swiss dengan harapan cuaca yang
nyaman. Sayangnya keadaan tidak sesuai harapan.
Mereka terjebak di Villa yang terletak di Danau Geneva menhgindari hujan
deras dan badai. Danau Geneva tidak seindah biasanya. Untuk menghabiskan waktu
mereka menulis. Dan akhirnya tulisan itu dikenal dengan cerita horror yang
terkenal seperti “ The Frankenstein” dan “ The Vampire”. Terinspirasi dari
pengalaman hari malapeta pangeran Byrons di Swiss, selain itu ia juga menulis
puisi yang terkenal berjudul Darkness.
Di itali bagian selatan, warga
ditakutkan dengan turunnya salju berwarna merah kekuningan seperti daging. Kejadian
aneh aneh ini membuat situasi menjadi kacau. Akhirnya mereka berdoa dan mencari
perlindungan ke gereja. Profesor sekaligus pendeta mengalami kesulitan untuk
meyakinkan kepada warga bahwa kejadian ini merupakan kejadian yang alami.
AMERIKA SERIKAT DAN KANADA
Debu letusan Gunung Tambora
menutupi langit Amerika di awal tahun 1816. Iklim berubah secara dramatis. Panen
gagal, hewan ternak mati, beberapa orang makan ikan makarel yang ditangkap di
sekitar laut New Founland. Orang orang menyebut tahun ini sebagai tahun
makarel. Sebagian imigran yang baru datang dari Eropa memilih untuk kembali
karena kurangnya pasokan makanan. Pada musim panas 1816 sungai Pensylvania
membeku, salju turun di bulan juli dan agustus. Iklim berubah secara dramatis. Banyak
orang di pesisir Timur amerika melakukan perpindahan masal ke wilayah barat
untuk mencari iklim yang lebih hangat. Situasi ini membuat wilayah barat
menjadi tujuan terakhir para imigran. Mungkin saja penduduk Kalifornia menjadi
korban dari eksodus yang disebabkan oleh letusan Tambora. Gejolak politik
terjadi di Amerika serikat yang diikuti dengan berdirinya negara negara di
bagian barat – tengah seperti Illinois, Indiana, Kentucky, Alabama dan
Missoury.
Dampak dari penurunan
produtivitas pertanian ekstrim di amerika membuat sektor ekonomi mengalami
krisis. Kepanikan ekonomi terjadi pada tahun 1819 yang menyebar ke seluruh
wilayah. Sebanyak kurang lebih 100 bank mengalami kebangkrutan. Krisis yang
terjadi pada zaman pemerintahan presiden Jefferson ini dikenal dengan “ Depresi
Ekonomi yang besar “
ASIA
Dampak letusan Tambora di Asia di
luar Indonesia di wakili oleh situasi di China daratan yang digambarkan dengan
puisi yang menggambarkan kelaparan masyarakat Yunan. Kondisi lain di Asia yang
menggambarkan dampak akibat letusan Tambora adalah banyak penduduk yang
membunuh banyinya supaya tidak menderita pada situasi yang sulit.
Komentar
Posting Komentar