MAKALAH BK PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berangkat dari sebuah fenomena, fakta
serta realita yang terjadi di dunia pendidikan. Fakta yang menyaratkan adanya
sebuah kesenjangan antara system pembelajaran serta metode dengan pribadi
seorang siswa secara psikologi.
Kondisi Psikologi siswa merupakan factor
penting yang mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran sedangkan pada
kenyataanya hal itu seringkali diabaikan karena terikat pada suatu kurikulim
dan system yang berlaku.
System serta model pembelajaran seperti
itulah yang sudah seharusnya kita kritisi, system serta model pembelajaran yang
tidak mensyaratkan keberpihakannya terhadap kondisi psikologi siswa. Karena
system itu sudah jelas-jelas tidak sesuai dengan kondisi kemanusian saat ini.
Kondisi kemanusiaan yang saat ini menjadi lebih komplek dan dihadapakan pada
permasalahan sosial yang begitu kompleks pula.
Permasalahan-permasalahan itu akan
berdampak besar pada ketercapaian tujuan dari pendidikan, sehingga kita tidak
bisa menunggu lama untuk dapat mengatasi kemungkinan-kemungkinan terburuk yang
akan terjadi sebagai dampak dari model pembelajaran yang saat ini dirasakan
kurang tepat untuk digunakan.
Ini bukanlah tugas pemerintah, guru, atau
lembaga-lembaga pendidikan saja. Ini merupakan tugas kita semua. Apalagi kita
adalah mahasiswa Pendidikan Akuntansi UPI yang notabene disiapkan untuk menjadi
pendidik. Maka dari itu jangan sampai kita mengulangi kesalahan yang sama
dengan menerapkan model pembelajaran seperti itu. Kita harus menjadi generasi
pelurus memberikan kontribusi positif untuk dunia pendidikan
Dari latar belakang diatas muncul
pertanyaan besar, “lalu bagaimana dan seperti apa model pembelajaran yang
berpihak pada kondisi psikologi siswa?”. Sebuah pertanyaan itulah yang menjadi
latar belakang kami membahas tentang “Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan
Konseling” pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang mendasari adanya model pembelajaran
berbasis bimbingan dan konseling?
2.
Bagaimana
konsep model pemebelajaran berbasis bimbingan dan konseling?
3.
Bagaimana Prinsip-prinsip umum model
pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling?
4.
Seperti apa teknis model pembelajaran berbasis
bimbingan dan konseling?
5.
Apa cirri-ciri model pembelajaran berbasis
bimbingan dan konseling?
C. Tujuan
1.
mengetahui alasan kenapa diadakannya model
pembelajaran berbasis bimbingan dan konseling
2.
mendeskripsikan konsep model pembelajaran
berbasis bimbingan dan konseling.
3.
mendeskripsikan prinsip-prinsip umum model
pembelajaran berbasis bimbingan
konseling
4.
menjelaskan secara teknis model pembelajaran
berbasis bimbingan dan konseling
5.
mendeskripsikan cirri-ciri model pembelajaran berbasis
bimbingan dan konseling.
BAB II
PEMBELAJARAN
BERBASIS BIMBINGAN
A. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis
Bimbingan
Untuk mengetahui definisi dari pembelajaran
berbasis bimbingan, maka sebelumnya kita perlu mengetahui mengapa pembelajaran
harus berbasis bimbingan dan mengetahui apa itu pembelajaran dan apa itu
bimbingan.
Secara filosofis, manusia memiliki
potensi untuk dikembangkan seoptimal mungkin. Potensi itu sendiri adalah laten
power, yakni kekuatan, kemampuan, keunggulan, keunikan yang belum tampak,
belum menjadi prestasi, belum mewujud dalam bentuk perilaku. Sedangkan
perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi yang
dimiliki. Prestasi (achievment) sesuai dengan yang diprediksikan.
Secara psikologis manusia itu bersifat
unik, memiliki kebebasan, kemerdekaan untuk mengembangkan keunikannya. Dilihat
dari segi manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan sosial budaya akan
terjadi perubahan sistem nilai dalam kehidupan sosial budaya. Nilai menjadi hal
yang penting, oleh karenanya bimbingan dan konseling membantu individu
memelihara, menginternalisasikan, memperhalus, dan memaknai nilai sebagai
landasan dan arah mengembangkan diri.
Hal lain yang menjadi alasan perlunya
bimbingan adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peserta didik
memerlukan bantuan dari pembimbing untuk menyesuaikan minat dan kemampuan
mereka terhadap kesempatan dunia kerja yang cenderung semakin berubah dan
meluas.
1.
Konsep
Bimbingan
Secara harfiah istilah “guidance” dari
akar kata “guide” berarti : (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to
pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer). Banyak
pengertian bimbingan dikemukakan oleh para ahli diataranya sebagai berikut.
Shertzer dan Stone (1971:40) mengartikan
bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami
diri dan lingkungannya).”Sunaryo Kartadinata (1998: 3) mengartikannya sebagai
“proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal”. Sementara
Rochman Natawidjaja (1987: 37) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan,
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan
dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada
umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan
dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya.
Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan optimal sebagai makhluk
sosial.
Dari definisi diatas maka dapat
disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses berkesinambungan sebagai
upaya membantu untuk memfasilitasi individu agar berkembang secara optimal.
Membantu merupakan sesuatu yang tidak
dirasakan sebagai paksaan, dan makna bantuan dalam bimbingan menunjukan bahwa
yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan
adalah individu atau peserta didik sendiri, pembimbing hanya sebagai
fasilitator. Istilah bantuan dalam bimbingan juga dapat dimaknai sebagai upaya
untuk :
a.
Menciptakan lingkungan (fisik, psikis, sosial dan
spiritual) yang kondusif bagi perkembangan siswa
b.
Memberikan dorongan dan semangat
c.
Mengembangkan keberanian bertindak dan bertanggung
jawab.
d.
Mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah
perilakunya sendiri.
Perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan
potensi individu dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar.
Perkembangan optimal merupakan kondisi dinamik, dimana individu mampu mengenal
dan memahami diri, berani menerima kenyataan diri secara subyektif, mengarahkan
diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan sistem nilai dan melakukan pilihan
dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri.
2.
Konsep
Pembelajaran
Syaiful Sagala (2003), Pembelajaran
adalah penyediaan sistem lingkungan yang mengakibatkan terjadinya proses
belajar pada diri siswa. Sumber lain menyebutkan pembelajaran merupakan upaya
yang dilakukan pendidik agar peserta didik belajar atau membelajarkan diri.
Belajar yang dimaksud adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari
pengalaman. Perubahan disini sebagai hasil pembelajaran bersifat positif
dan normatif.
Dari pernyataan diatas, maka pembelajaran
berbasis bimbingan itu sangatlah penting untuk diterapkan karena pembelajaran
yang baik, tidak hanya berorientasi pada pencapaian kognitif saja akan tetapi
dapat menghasilkan sebuah output berupa lahirnya perubahan perilaku siswa atau
peserta didik yang positif dan normatif. Maka dari itu, pembelajaran seyogyanya
berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan yaitu yang didasarkan pada:
a.
Needs assesment (sesuai dengan kebutuhan)
b.
Dikembangkan dalam suasana membantu (helping
relationship):
1) Empati
2) Keterbukaan
3) Kehangatan
Psikologis
4) Realistis
c.
Bersifat memfasilitasi
d.
Berorientasi pada:
1)
Learning to be : belajar menjadi
2)
Learning to learn : belajar untuk
belajar
3)
To work : belajar untuk bekerja dan
berkarir
4)
And to live together : belajar untuk
hidup bersama
5)
Tujuan utama perkembangan potensi secara
optimal
B. Model-model Pembelajaran Berbasis
Bimbingan dan konseling.
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan
cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan
optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus
ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi
dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah
memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang
tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Berikut ini disajikan beberapa model
pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk
situasi dan kondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang dikemukakan
pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur) yang
sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan
penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.
1.
Koperatif (CL, Cooperative Learning)
Pembelajaran koperatif sesuai dengan
fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang
lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa
senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara
koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)
pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih
beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup
bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah
kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling
membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut
teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota
kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender,
karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok
berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah
informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok,
presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
2.
Kontekstual
(CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka,
negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life
modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan,
motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana
menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual
adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan
mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indikator pembelajaran
kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling
(pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan,
pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing,
menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi),
learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau
individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi,
investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism
(membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis),
reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian
selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap
aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya
dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
3.
Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan yang
bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan
lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya
adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing,
refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode
ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
4.
Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem
Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan
menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan
untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari
kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka,
negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir
optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah
metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi,
investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri
5.
Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai
suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru
problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan
pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah: sajikan permasalahan yang
memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi
pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi,
mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
6.
Problem Posing
Bentuk lain dari problem posing adalah
problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu
merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga
dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan,
menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan
7.
Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah)
terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan
berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab,
fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide,
kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing,
keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan
metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban
siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai
jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan
proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan,
dan ragam berpikir.
Sajian masalah haruslah kontekstual kaya
makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan
permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitkan dengan materi
selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).
Sintaknya adalah menyajikan masalah,
pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan
pengarahan, membuat kesimpulan.
8.
Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah
pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya
menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan
pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang
dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi
pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses
tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa
mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari
proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.
Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk
mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai
dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan
tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa,
bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia
sedang belajar, ia telah berpartisipasi.
C.
Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis
Bimbingan dan konseling.
Tugas guru di sekolah tidak hanya
mengajar, banyak tugas yang yang harus dikerjakan, ia harus membuat perencanaan
pengajaran yang sistematis untuk setiap pelajaran yang akan diberikan. Kemudian
dari rencana itu ia melaksanakan pengajaran dan membuat evaluasi dari proses
dan hasil pengajaran yang dilaksanakan. Didalam pelaksanannya itu, guru tidak
hanya memberikan pengajaran, akan tetapi guru juga harus memberikan bimbingan
kepada siswanya agar mereka mencapai perkembangan yang sesuai dengan
kemampuannya.
Bimbingan ketika mengajar yang dapat
dilakukan oleh guru berupa menjelaskan tujuan dan manfaat pelajaran, cara
belajar, mata pelajaran yang diberikan, dorongan untuk berprestasi, membantu
mengatasi kesulitan yang dihadapi individu, penyelesaian tugas, memberikan
fasilitas belajar, dan lain-lain.
Berikut ini ada beberapa prinsip-prinsip
bimbingan yang harus diketahui oleh guru sebagai pengajar sekaligus pembimbing.
1. Proses
membantu individu
2.
Bertitik tolak pada individu yang dibimbing
3.
Didasarkan pada pemahaman atas keragaman
individu yang dibimbing
4.
Pada batas tertentu perlu ada referral
5.
Dimulai dengan identifikasi atas kebutuhan
individu
6.
Diselenggarakan secara luwes dan fleksibel
7.
Sejalan dengan visi dan misi lembaga
8.
Dikelola oleh orang yang memiliki keahlian di
bidang bimbingan
9.
Ada sistem evaluasi yang digunakan
Dalam memberikan bimbingan belajar, guru hendaknya
memperhatikan beberapa hal berikut ini:
1.
Bimbingan belajar diberikan kepada semua
siswa. Semua siswa baik yang pandai, cukup, ataupun kurang membutuhkan
bimbingan dari guru, sebab secara potensial semua siswa bisa mempunyai masalah.
2.
Sebelum memberikan bantuan, guru
terlebih dahulu harus berusaha memahami kesulitan yang dihadapi siswa, meneliti
faktor-faktor yang melatarbelakangi kesulitan tersebut.
3.
Bimbingan belajar yang diberikan guru
hendaknya disesuaikan dengan masalah serta faktor-faktor yang
melatarbelakanginya, bantuan hendaknya disesuaikan dengan jenis masalah serta
tingkat kerumitan masalah.
4.
Bimbingan belajar hendaknya menggunakan
teknik yang bervariasi. Karena perbedaan individual siswa, perbedaan jenis dan
kerumitan masalah yang dihadapi siswa, perbedaan individual guru serta kondisi
sesaat, maka dalam memberikan bimbingan belajar guru hendaknya menggunakan
teknik bimbingan yang bervariasi.
5.
Dalam memberikan bimbingan belajar
hendaknya guru bekerja sama dengan staf sekolah lain. Bimbingan belajar
merupakan tanggung jawab semua guru serta staf sekolah lainnya. Agar bimbingan
berjalan efektif dan efisien diperlukan kerjasama yang harmonis antara staf
sekolah dalam membantu mengatasi kesulitan siswa.
6.
Orang tua adalah pembimbing belajar
siswa dirumah. Penanggung jawab utama siswa adalah orang tuanya. Karena
keterbatasan kemampuannya, orang tua melimpahkan sebagian dari tanggung
jawabnya kepada sekolah, tetapi tidak berarti mereka lepas sama sekali dari
tanggung jawab tersebut. Orang tua dituntut untuk memberikan bimbingan belajar
di rumah. Agar ada keserasian antara bimbingan belajar yang diberikan guru
disekolah dengan orang tua dirumah maka diperlukan kerjasama antara kedua belah
pihak.
7.
Bimbingan belajar dapat diberikan dalam
situasi belajar di kelas, di laboratorium, ataupun dalam situasi-situasi khusus
(konsultasi) baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Bimbingan belajar
diberikan pada saat pelajaran berlangsung, yaitu saat mengerjakan tugas-tugas
atau latihan, saat diskusi kelas, praktikum, dan lain-lain. Bimbingan juga
dapat diberikan diluar jam pelajaran, sebelum pelajaran dimulai, setelah
pelajaran selesai atau sore hari, disekolah ataupun di rumah.
Secara umum, bimbingan yang dapat
diberikan oleh guru atau dosen dalam kegiatan mengajar di kelas adalah:
- mengenal dan memahami individu
secara mendalam
- memberikan perlakuan dengan
memerhatikan perbedaan individual
- memperlakukan individu secara
manusiawi
- memberi kemudahan untuk
mengembangkan diri secara optimal
- menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan
Seorang guru yang menerapkan
prinsip-prinsip atau suasana bernuansa bimbingan di kelas dalam proses
belajar mengajar akan tampak kondisi sebagai berikut:
1.
Tercipta iklim kelas yang permisif,
bebas dari ketegangan dan menempatkan siswa sebagai subjek pengajaran
2.
Adanya arahan atau oientasi agar terselenggaranya
belajar yang efektif, baik dalam bidang studi yang diajarkannya, maupun dalam
keseluruhan pembelajaran
3.
Menerima dan memperlakukan siswa sebagai
individu yang mempunyai harga diri dengan memahami kekurangan, kelebihan, dan
masalah-masalahnya
4.
Mempersiapkan serta menyelenggarakan
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan individu
5.
Membina hubungan yang dekat dengan
siswa, menerima siswa yang akan berkonsultasi dan meminta bantuan
6.
Guru berusaha mempelajari dan memahami
siswa untuk menemukan kekuatan, kelemahan, kebiasaan, dan kesulitan yang
dihadapinya, terutama dalam hubungannya dengan bidang studi yang diajarkannya
7.
Memberikan bantuan kepada siswa yang
menghadapi kesulitan, terutama yang berhubungan dengan bidang studi yang
diajarkannya
8.
Pemberian informasi tentang masalah
pendidikan, pengajaran, dan jabatan atau karier
9.
Memberikan bimbingan kelompok di kelas
10. Membimbing
siswa agar mengembangkan kebiasaan belajar yang baik
11. Memberikan
layanan perbaikan bagi siswa yang memerlukannya
12. Bekerja
sama dengan guru, wali kelas, konselor, dan tenaga pendidik lainnya dalam
memebrikan bantuan yang dibutuhkan oleh siswa
13. Memberikan
umpan balik atas hasil evaluasi
14. Memberikan
pelayanan rujukan (referal) bagi siswa yang memliki kesulitan yang
tidak dapat diselesaikan oleh guru sendiri
D. Teknik-Teknik Model Pembelajaran Berbasis
Bimbingan dan konseling
Ada beberapa macam teknik bimbingan yang dapat digunakan untuk membantu
perkembangan individu, yaitu konseling, nasihat, bimbingan kelompok, konseling
kelompok, dan mengajar bernuansa bimbingan.
1.
Konseling
Konseling merupakan bantuan yang bersifat
terapeutik yang diarahkan untuk mengubah sikap dan perilaku individu. Konseling
dilaksanakan melalui wawancara (konseling) langsung dengan individu. Konseling
ditujukan kepada individu yang normal, bukan yang mengalami kesulitan jiwa,
melainkan hanya mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dalam pendidikan,
pekerjaan, dan kehidupan sosial.
Dalam konseling terdapat hubungan yang
akrab dan dinamis. Individu merasa diterima dan dimengerti oleh konselor. Dalam
hubungan tersebut, konselor menerima individu secara pribadi dan tidak
memberikan penilaian. Individu (konseli) merasakan ada orang yang mengerti
masalah pribadinya, mau mendengarkan keluhan dan curahan perasaannya.
Dalam konseling berisi proses belajar
yang ditujukan agar konseli (individu) dapat mengenal diri, menerima,
mengarahkan, dan menyesuaikan diri secara realistis dalam kehidupannya di
kampus ataupun luar kampus. Dalam konseling tercipta hubungan pribadi yang unik
dank has, dengan hubungan tersebut individu diarahkan agar dapat membuat
keputusan, pemilhan, dan rencana yang bijaksana, serta dapat berkembang dan
berperan lebih baik di lingkungannya. Konseling membantu individu agar lebih
mengerti dirinya sendiri, mampu mengeksplorasi dan memimpin diri sendiri, serta
menyelesaikan tugas-tugas kehidupannya. Proses konseling lebih bersifat
emosional diarahkan pada perubahan sikap, perubahan pola-pola hidup sebab hanya
dengan perubahan-perubahan tersebut memungkinkan terjadi perubahan perilaku dan
penyelesaian masalah.
2.
Nasihat
Nasihat merupakan salah satu teknik
bimbingan yang dapat diberikan oleh konselor ataupun pembimbing. Pemberian
nasihat hendaknya memerhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.
Berdasarkan masalah atau kesulitan yang dihadapi oleh
klien (individu)
b.
Diawali dengan menghimpun data yang berkaitan dengan
masalah yang dihadapi
c.
Nasihat yang diberikan bersifat alternatif yang dapat
dipilih oleh individu, disertai kemungkinan keberhasilan dan kegagalan
d.
Penentuan keputusan diserahkan kepada individu,
alternatif mana yang akan diambil, serta
e.
Hendaknya, individu mau dan mampu
mempertanggungjawabkan keputusan yang diambilnya
3.
Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok merupakan bantuan
terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok
dapat beruapa penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas
masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan sosial.
Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam
tiga kelompok, yaitu kelompok kecil (2-6 orang), kelompok sedang (7-12 orang),
dan kelompok besar (13-20 orang) ataupun kelas (20-40 orang). Pemberian
informasi dalam bimbingan kelompok terutama dimaksudkan untuk meningkatkan
pemahaman tentang kenyataan, aturan-aturan dalam kehidupan, dan cara-cara yang
dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas , serta meraih masa depan dalam
studi, karier, ataupun kehidupan. Aktivitas kelompok diarahkan untuk
memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan,
penyesuaian diri, serta pengembangan diri.
Pemberian informasi banyak menggunakan
alat-alat dan media pendidikan seperti, OHP, kaset audio-video, film, bulletin,
brosur, majalah, buku, dan lain-lain. Kadang-kadang konselor mendatangkan ahli
tertentu untuk memberikan ceramah (informasi) tentang hal-hal tertentu.
Pada umumnya aktivutas kelompok
menggunakan prinsip dan proses dinamika kelompok seperti dalam kegiatan
diskusi, sosiodrama, bermain peran, simulasi dan lainnya. Bimbingan melalui
aktivitas kelompok lebih efektif karena selain peran individu lebih aktif, juga
memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman, rencana, dan
penyelesaian masalah.
4.
Konseling Kelompok
Koseling kelompok merupakan bantuan
kepada individu dalam situasi kelompok yang bersifat penvegahan dan
penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan
pertumbuhannya. Konseling kelompok merupakan bersifat pencegahan dalam arti,
bahwa individu yang bersangkutan mempunyai kemampuan normal atau berfungsi
secara wajar dalam masyarakat, tetapi, memiliki beberapa kelemahan dalam
kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain.
Konseling kelompok bersifat memberi kemudahan bagi pertumbuhan dan perkembangan
individu, dalam arti memberikan kesempatan, dorongan, juga pengarahan kepada
individu-individu yang bersangkutan untuk mengubah sikap dan perilakunya
selaras dengan lingkungannya.
Konseling kelompok merupakan proses
antarpribadi yang dinamis, terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar,
serta melibatkan fungsi-fungsi terapi, sperti permisif, orientasi pada
kenyataan, katarsis, saling mempercayai, salingmemperlakukan dengan hangat,
saling pengertian, saling menerima dan mendukung. Fungsi-fungsi terapi itu
diciptakan dan dikembangkan dalam suatu kelompok kecil melalui cara saling
mempedulikan diantara para peserta konseling kelompok. Individu dalam konseling
kelompok pada dasarnya adalah individu normal yang memiliki berbagai kepedulian
dan kemampuan, serta persoalan yang dihadapi bukanlah gangguan kejiwaan yang
tergolong sakit, hanya kekeliruan dalam penyesuaian diri. Individu dalam
konseling kelompok menggunakan interaksi kelompok untuk meningkatkan pemahaman
dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu untuk
mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap dan perilaku yang tidak tepat.
5.
Belajar Bernuansa Bimbingan
Individu akan lebih berhasil dalam
belajar apabila guru/dosen menerapkan prinsip-prinsip dan memberikan bimbingan
waktu belajar. Secara umum bimbingan yang dapat diberikan guru/dosen sambil
mengajar adalah: (1) mengenal dan memahami individu secara mendalam, (2)
memberikan perlakuan dengan memerhatikan perbedaan individual, (3)
memperlakukan individu secara manusiawi, (4) member kemudahan untuk
mengembangkan diri secara optimal, dan (5) menciptakan suasana kelasyang
menyenangkan.
Suasana kelas dan proses belajar-mengajar
yang menerapkan prinsip-prinsip bernuansa bernuansa bimbingan tampak sebagai
berikut.
a.
Tercipta iklim kelas yang permisif, bebas dari
ketegangan dan menempatkan individu sebagai subjek pengajaran.
b.
Adanya arahan/orientasi agar terselenggaranya belajar
yang efektif, baik dalam bidang studi yang diajarkannya, maupun dalam
keseluruhanperkuliahan.
c.
Menerima dan memperlakukan individu sebagai individu
yang mempunyai harga diri dengan memahami kekurangan, kelebihan, dan
masalah-masalahnya.
d.
Mempersiapkan serta menyelenggarakan perkuliahan sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan individu.
e.
Membina hubungan yang dekat dengan individu, menerima
individu yang akan berkonsultasi dan meminta bantuan
f.
Dosen/guru berusaha mempelajari dan memahami individu
untuk menemukan kekuatan, kelamahan, kebiasaan, dan kesulitan yang dihadapinya,
terutama dalam hubungannya dengan bidang studi yang diajarkannya.
g.
Memberikan bentuan kepada individu yang menghadapi
kesulitan, terutama yang berhubungan dengan bidang studi yang diajarkannya.
h.
Pemberian informasi tentang masalah pendidikan,
pengajaran, dan jabatan/karier
i.
Memberikan bimbingan kelompok di kelas
j.
Membimbing individu agar mengembangkan kebiasaan
belajar yang baik
k.
Memberikan layanan perbaikan bagi individu yang
memerlukannya
l.
Bekerja sama dengan dosen, wali kelas,konselor, dan
tenaga pendidik lainnya dalam memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh individu.
m.
Memberikan umpan balik atas hasil evaluasi
n.
Memberikan pelayanan rujukan (referal)bagi individu
yang memiliki kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh dosen sendiri.
E. Ciri-Ciri
Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan konseling.
Pembelajaran berbasis bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:
1.
Diperuntukkan bagi semua peserta didik
dalam arti kata merupakan suatu kinerja yang berorientasi sepenuhnya terhadap
kebutuhan individual peserta didik.
2.
Sangat memperhatikan keamanan psikologis
peserta didik baik dalam proses pembelajaran atau disaat prosesi istrahat
3.
Memperlakukan peserta didik sebagai
individu yang unik dan sedang berkembang;
4.
Mengakui murid sebagai individu yang
bermartabat dan berkemampuan;
5.
Penuh penghargaan
6.
Pemberian reward untuk semua prestasi
peserta didik baik itu prestasi yang besar ataupun yang kecil sekalipun.
Contohnya disaat ada murid yang tiba- tiba bisa menjawab pertanyaan gurunya
lalu disana diberilah reward ‘pujian’. Tujuannya agar murid mampu secara
komprehensif mengendalikan emosi semangatnya agar tetap stabil dan tidak
menurun. Karna terbukti disaat seseorang dipuji atas kebisaannya maka gelora
semangat akan muncul secara menggebu. Maka dari itu hal inilah yang harus
dimanfaatkan untuk pembimbingan anak.
7.
Menghindari hukuman fisik agar tidak
terjadi kecacatan mental dini dalam dunia pendidikan. Disaat orang disentuh
fisiknya tidak lebih baik dari pada disentuh secara psikologis atau mental.
8.
Demokratis bahwa disetiap pembelajaran
yang berbau bimbingan pembimmbingan wajib mendengarkan suara peserta didik
terlebih dahulu.agar terjadi komunikasi yang baik dan mendapat pemecahan
masalah yang mendalam dan runut.
9.
Terarah ke pengembangan segenap aspek
perkembangan anak secara menyeluruh dan optimal; dan
10. Disertai
dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai
minat, potensi, dan kapabilitas murid sesuai dengan norma-norma kehidupan yang
dianut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1)
Secara filosofis, manusia memiliki potensi untuk
dikembangkan seoptimal mungkin. Potensi itu sendiri adalah laten power,
yakni kekuatan, kemampuan, keunggulan, keunikan yang belum tampak, belum
menjadi prestasi, belum mewujud dalam bentuk perilaku. Sedangkan perkembangan
optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Prestasi (achievment)
sesuai dengan yang diprediksikan.
2)
Bimbingan adalah suatu proses
berkesinambungan sebagai upaya membantu untuk memfasilitasi individu agar
berkembang secara optimal. Perkembangan itu bisa meliputi kepribadian, akademik
dan lain sebagainya yang selanjutnya akan disebut sebagai tugas perkembangan.
3)
Dengan demikian pembelajaran berbasis bimbingan itu
sangatlah penting untuk diterapkan karena pembelajaran yang baik, tidak hanya
berorientasi pada pencapaian kognitif saja akan tetapi dapat menghasilkan
sebuah output berupa lahirnya perubahan perilaku siswa atau peserta didik yang
positif dan normatif.
4)
Adapun Bimbingan ketika mengajar yang dapat dilakukan
oleh guru berupa menjelaskan tujuan dan manfaat pelajaran, cara belajar, mata
pelajaran yang diberikan, dorongan untuk berprestasi, membantu mengatasi
kesulitan yang dihadapi individu, penyelesaian tugas, memberikan fasilitas
belajar, dan lain-lain
5)
Dengan demikian Individu akan lebih berhasil dalam
belajar apabila guru/dosen menerapkan prinsip-prinsip dan memberikan bimbingan
waktu belajar.
B. Saran
Dalam memilih dan menerapkan model
pembelajaran haruslah memperhatikan kondisi siswa, lingkungan dan sebagainya.
Karena hal tersebut merupakan factor-faktor yang penting dalam upaya
tercapainya keoptimalan belajar.
Belajar bukan semata-mata dalam hal
kognitif, tapi banyak hal yang harus dikembangkan melalui proses belajar
tersebut seperti dalam hal kepribadian siswa.
Dengan model pembelajaran berbasis
bimbingan dan konseling, akan membantu mengembangkan potensi-potensi siswa
secara menyeluruh sehingga proses pembelajaran akan dirasakan optimal.
Mari bergerak menuju perubahan yang lebih
baik lakukan yang terbaik dan berikan yang terbaik tidak usah menjadi yang
terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Tohirin, 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Madrasah (Berbasis Integrasi. Jakarta:
PT. Grafindo Persada
Ketut Sukardi, Dewa dan Nila
Kusmawati. 2008. Proses Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Wijaya, Juhana S. (1988). Psikologi Bimbingan. Bandung. PT Eresco
Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta
Komentar
Posting Komentar