Gua Lor Akon dan Gandaria
Berfoto di Pintu Masuk Lor Akon |
Siapa
yang tidak kenal dengan daerah Cikarang, salah satu kecamatan di Kabupaten
Bekasi yang terkenal dengan kawasan industrinya
yang terdapat banyak pabrik dan
menjadi magnet para pencari kerja, tapi
tunggu dulu,,,dilihat dari judul tulisan ini bertemakan gua, Apakah di Cikarang
ada Gua?? Ada, Banyak malah. Namun yang akan saya bahas bukan Cikarang yang ada
di Bekasi. Cikarang ini berbeda, Cikarang ini merupakan sebuah desa yang masih
sangat sangat sepi, keadaannya sama
seperti desa - desa pelosok pada umumnya
tapi dibawah tanahnya menyimpan banyak gua yang sangat menarik
untuk ditelusuri, mengapa banyak gua ??, karena Cikarang ini merupakan Kawasan
kars yaitu kawasan yang tersusun dari batuan utama gamping dan kapur dan dulunya
daearah ini merupakan laut. Cikarang
ini letaknya di Kabupaten Sukabumi yang
merupakan salah satu desa di Kecamatan Cidolog. Perjalanan menuju Desa Cikarang
butuh perjuangan ekstra selain dengan jaraknya yang sangat jauh ( sekitar 180
km dari Bandung), medan jalan yang berbatu akan menyambut kita di pertigaan
jalan Sagaranten menuju Cikarang jadi
perlu ekstra hati-hati untuk menuju ke desa ini. Salah satu tips untuk menuju
ke Desa ini adalah usahakan untuk pergi pada musim kemarau sekitar bulan April
sd November awal ( atau kira-kira saja sendiri karena musim suka berubah-ubah) agar jalan yang berbatu mudah dilalui karena
jalannya tidak licin, selain itu jika musim kemarau penelusuran gua akan mudah
dilakukan karena gua yang terendam air atau gua yang terdapat aliran sungai bawah tanahnya akan surut dan
juga dapat menurunkan resiko tenggelam di gua.
Pada
hari Sabtu tanggal 20 September 2015, saya bersama teman-teman saya dari
Jantera ( Pecinta Alam Jurusan Geografi UPI Bandung) yang berjumlah 13 orang melakukan penelusuran dan pemetaan di 2 Gua
yang ada di Cikarang yaitu Gua Lor akon dan Gua Gandaria. Gua yang pertama yaitu Gua Lor akon. Gua Lor
akon berjarak kurang lebih 30 menit dengan berjalan kaki dari rumah Mang Nani (
rumah tempat kami bermalam) di Kp Ciwajar. Gua Lor akon diambil dari dua suku
kata yaitu lor yang artinya sungai kecil dan Akon diambil dari nama Mang Akon
yang saat bertani jatuh dan terperosok
ke lubang gua ini dan akhirnya meninggal
dunia yang mungkin disebabkan karena tertindih batuan atau tanah diatasnya.
Kami pun melakukan penelusuran terlebih dahulu, kondisi entrance atau pintu
masuk gua ini cukup sempit, kita harus merebahkan tubuh kita dan merayap ke
dinding gua untuk bisa masuk ke gua ini. Setelah masuk kita akan disambut
dengan kondisi gua yang berlumpur karena gua ini masih aktif yang ditandai
dengan terdapatnya aliran sungai bawah tanah. Saya dan tim pun merasa
kedinginan karena kondisi yang basah. Lebar gua sebagian besar kurang dari 2
meter. Ornamen yang terdapat di Gua ini yaitu stalaktit, Gourdam, bounce dll.
Ada kejadian menarik saat menelusur gua ini yaitu kami harus menyelam untuk
terus menelusuri gua karena lubangnya terhalang air. Perlu keberanian ekstra
dan hati-hati, inilah perbedaannya telusur gua dengan naik gunung, resiko masuk
gua saya rasa lebih besar dari pada naik gunung, selain dengan kondisi yang
gelap, kita akan kesulitan mengevakuasi jika ada teman kita yang sakit atau
cedera. Untuk resiko dan kemungkinan terburuk lainnya di dalam gua silahkan menonton
film Sanctum.
Setelah
menelusur lorong-lorong gua lor akon yang berair dan berlumpur, akhirnya kami
menemukan jalan buntu, yang menandakan penelusuran berakhir. Tidak seperti
lorong sebelumnya, lorong paling ujung ini mempunyai ruang yang cukup luas dan
memungkinkan kita untuk berdiri. Di ujung lorong ini kita bertemu dengan fauna
penghuni gua yaitu ular, kita pun cukup ketakutan tapi dilihat-lihat ularnya
juga ketakutan ( ular nya pun pergi menghindar dan menjauh ). Jadi tips jika
menghadapi ular di Gua ya..jangan panic alias tenang, kalua tetap panik pun
usahakan pura-pura tenang. Karena ular akan agresif kalau dia merasa terganggu.
Setelah penelusuran kita pun melakukan pemetaan gua dengan teknik bottom to top
yang artinya dari titik ujung ke titik awal. Kita pun mempersiapkan alat pemetaan
berupa kertas plastic mika, meteran, kompas, klino meter, spidol permanen, dsb.
Karena semua alat terendam air saat penelusuran, kondisinya pun basah dan hal
ini berakibat pada tidak berfungsinya spidol dan kertas mika, tintanya tidak
mau keluar, lalu bagaimana bisa mencatat hasil pengukuran??, kami pun sempat
kebingunan. Untungnya ada kadat Angga a.k.a Sule yang membawa hape nokia
jadulnya yang dibungkus plastik berlapis – lapis dan kondisinya relatif kering,
al hasil tim notulen pun mencatat hasil pengukuran guanya tidak di kertas mika
melainkan di hape nokia. Pengukuran pun dilakukan sekitar 3 jam an kurang lebih
karena memang kondisi gua yang tidak terlalu panjang. Berdasarkan hasil
penjumlahan dari pengukuran panjang gua ini sekitar kurang lebih 100
meter.
Sekitar
pukul setengah dua kami selesai melakukan penelusuran dan pemetaan gua lor
akon, sebenarnya sih untuk hari ini Cuma satu gua saja, tapi karena waktunya
masih banyak tersisa kami pun langsung menuju ke gua selanjutnya yaitu gua
gandaria yang berjarak kurang lebih 15 menit perjalanan dari Gua Lor akon,
dengan dipandu oleh Mang Nani kami pun menuju Gua Gandaria dengan menelusuri
sungai Ciwajar,..Kami pun sampai di Gua Gandaria yang terletak persisi di
pinggir sungai, Gua Gandaria ini berbeda dengan Gua Lor akon, Gua ini kira-kira
panjangnya hanya 25 meter, ada kemungkinan bisa lebih panjang namun jalurnya
sudah tertutup oleh urugan tanah bercampur batuan dengan lorong yang sangat
sempit. Gua Gandaria ini banyak terdapat stalaktit dan stalakmit dengan ukuran
kecil, namun sangat indah karena jumlahnya yang banyak dengan warna yang putih
bersih. Kita perlu berhati-hati jangan sampai tubuh kita mengenai stalaktit
yang ada diatas kita karena jaraknya yang sangat dekat dan hampir mengenai
tubuh kita saat menelusur dengan posisi merangkak, diantara kami pun banyak
yang dengan tidak sengaja mematahkan stalaktit karena stalaktitnya bergesekan
dengan helm atau punggung. . Gua
Gandaria berasal dari tanaman merambat yang berwarna ungu atau gandaria dalam
Bahasa sunda yang banyak terdapat di mulut gua. Sekitar 1 jam kami melakukan
pemetaan Gua Gandaria, kami pun langsung pulang lagi kerumah Mang Nani. Setelah
sampai di rumah Mang Nani kami pun berbelok dulu ke Sungai yang ada di bawah
untuk membersihkan alat –alat pemetaan, pakaian, badan
yang penuh dengan lumpur , sekaligus berenang, airnya sangat jernih
karena memang saat itu adalah puncaknya musim kemarau. Setelah dirasa cukup
bersih, kami pun ke rumah Mang nani lagi untuk mandi lagi dan beres-beres alat.
Sungguh pengalaman yang sangat menyenangkan dan tidak akan pernah terlupakan.
Cikarang merupakan tempat yang sangat menyenangkan untuk bermain sekaligus
belajar untuk mengenal kawasan Kars dan Ilmu Perguaan ( Caving dan Speleologi
). Masih banyak gua yang harus ditelusuri dan dipetakan agar keberadaannya
tidak menghilang tertelan zaman. Itulah salah satu alasan kami JANTERA
melakukan penelusuran dan pemetaan gua yang ada di Cikarang dengan melakukan expedisi ANTAREJA.
Komentar
Posting Komentar