Catatan Perjalanan Diklatsar Jantera XXXII
Perjalanan dari Gua Pawon Ke Tebing 125 |
Kegiatan Pendidikan dan Latihan Dasar
Jantera ke 32 dimulai dari tanggal 14 sampai dengan tanggal 28 Januari 2013,
untuk kegiatannya dibagi kedalam 2 jenis yaitu materi kelas dan materi
lapangan, dalam materi kelas diisi dengan materi yang merupakan pembekalan
untuk materi lapangan, dalam materi kelas kita mendapatkan materi tentang
materi perjalanan, survival, konservasi kawasan karst,SAR, dsb, materi nya
sangat menarik dengan pemberi materi yang luar biasa dan bukan merupakan orang
sembarangan, mulai dari pendiri Jantera yaitu Kang Bahtiar sampai Kang Septian
Fesa yang merupakan salah satu pendaki dari 7 gunung tertinggi di dunia.
Perjalanan Gua pAwon - Tebing 2 |
Setelah melaksanakan rangkaian materi
kelas selama 3 hari, kami pun pergi ke lapangan, pada tanggal 18 Januari 2013,
diawali dengan Upacara pelepasan oleh Salah satu Dosen Geografi yaitu Pa Bagja. Pukul 13.00 setelah
Jumatan kami pun memulai perjalanan
dengan menaiki mobil menuju kawasan Karst Citatah, tepatnya di situs budaya Gua Pawon yang merupakan
tempat tinggal manusia Banduyng Purba.
Perjalanan pun dimulai, kami 8 orang
siswa melakukan perjalanan dari gerbang gua pawon dengan membawa barang bawaan
dalam tas cariel yang sangat berat, apalagi saat jalan menanjak dengan cuaca
yang panas membuat kami cepat merasa lelah, namun karena percikan semangat dari
dalam diri ditambah semangat dari saudara-saudaraku akhirnya kami sampai di gua
pawon.
Sesampainya, di gua Pawon, bukannya
beristirahat, kami disuruh membuat bivak untuk tempat camp, kami pun membuat
bivak dengan cara menggabungkan beberapa ponco yang kami bawa dengan
menggunakan peniti, cukup sulit ternyata tapi dengan usaha dan kerja keras,
kami pun bias membuat bivak walaupun tidak cukup layak untuk tidur 8 orang.
Setelah membuat bivak kami pun disuruh memasak selama 2 jam, setelah memasak
kami pun makan tapi makannya harus bernyanyi dahulu dengan lirik yang aneh.
Kegitan Susur gua pada malam Hari di Gua pawon |
Artifisial Rock Climbing |
Tak terasa hari sudah semakin sore
dan beranjak malam, kami melakukan shalat maghrib, Isya lalu setelah itu disambung dengan materi
caving dan speleologi yang materinya diberikan oleh Instruktur Niko, kami
diberi penjelasann mengenai seluk beluk gua, pemetaan gua, dan kegiatan
penelusuran gua, tidak hanya materi, kami juga diajak untuk masuk ke gua pawon
di malam hari dan menyaksikan keindahan hasil dari bentukan gua seperti
stalaktit, stalakmit, tiangan, kanopi, dan banyak lagi lainnya, selain itu kami
pun melakukan ritual para caver yaitu mematikan semua alat penerangan dan
merasakan kegelapan total di dalam gua pada malam hari.
Materi IMPK |
Pemetaan Gua selesai dilakukan,
kegiatan selanjutnya adalah melakukan kegiatan penelusuran gua vertical yang
dikenal dengan istilah SRT yang merupakan kepanjangan dari Single rope technik,
dalam melakukan SRT kami cukup kesulitan
apalagi saat turun, tapi dengan arahan Instruktur kesulitan tersebut bisa
sedikit teratasi. Sempat terjadi ketegangan saat SRT yaitu Saudaraku Feni yang
melakukan kesalahan saat mengunci figure 8 yang bisa mengakibatkan tangannya
diamputasi, siswa dan panitia sangat panic saat itu, tapi Alhamdulillah dampak
buruk itu tidak terjadi, tapi itu merupakan bahan evaluasi yang sangat penting
untuk kegiatan selanjutnya karena kita harus bisa mengatasi kepanikan saat
berada diatas.
Tebing 125 |
Sekitar sesudah Dzuhur, kami
melanjutkan perjalanan ke tebing 125, setelah sebelumnya kami membereskan bivak
dan melakukan packing. Saat perjalanan saudaraku ambar sempat
terpeleset di sawah , kemudian dia merasakan sakit dan akhirnya siswa laki laki
bergantian membawakan tas cariel ambar, Perjalanan pun dilanjutkan, tapi di
tengah perjalanan penyakit yang diidap saudaraku ambar kambuh sehingga dia di
evakuasi dan tidak bisa melanjutkan perjalanan bersama kami ke tebing 125.
di Gua lagi |
Kami samp[ai di tebing 125 pada malam
hari ditemani hujan, kami pun langsung membuat bivak, beres-beres ,
diberikan materi mengenai rock climbing
oelh Instruktur Ferry ( Monyong) dan beristirahat, keesokan harinya kami
melakukan Rock Climbing, setelah sebelumnya melakukan bouldering dan pemanasan
terlebih dahulu, cukup mnyenangkan bisa mendaki tebing 125, karena sesampainya
diatas kita bisa melihat pemandangan wilayah Karst Citatah yang sangat Indah
tapi keindahan tersebut cukup diganggu oleh banyaknya pabrik kapur dan marmer di kawasan tersebut. Sore hari
setelah melaksanakan rock Climbing, kami melakukan srambling atau mendaki bukit
dengan bantuan tangan ke puncak tebing 125 pabeasan. Sesampainya diatas kami
disuguhi oleh pemandangan yang sangat indah mulai dari pemandangan Gunung
Burangrang, Situ Ciburuy, Waduk Cirata, dan sebagian kota Bandung ditemani oleh
angin semilir yang menyejukan dan cahaya matahari pada sore hari .
Materi Survival |
Hari berikutnya, yaitu hari keempat
kami melanjutkan perjalanan dari tebing 125 Pabeasan, menuju ke Pasir Langu,
perjalanan tersebut sangat panjang dan melelahkan, karena kami berjalan sejauh
kurang lebih 20 km dari pagi sampai malam hari, di perjalanan seperti biasa
kami disuguhkan dengan pemandangan yang menyejukan mata seperti perbukitan,
kebun, sawah dsb. Kami p[un melewati pemukiman penduduk di sepanjang jalan menuju psir langu. Kami
terus berjalan, sekitar maghrib hampir dari kami semua merasa sangat kelelahan,
badan kami merasa sangat lemas dan 2 diantara siswa yaitu saudaraku Fenny dan
Novi sempat dievakuasi. Tapi karena suntikan semangat dan motivasi dari
Instruktur dan diantara kami, akhirnya kami pun sampai di Pasir Langu,
Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat, Daerah Pasir Langu ini merupakan
daerah lereng Gunung Burangrang.
Hari kelima, kami melanjutkan
perjalanan menuju Gunung Burangrang dengan melakukan Webbing together dimana
kami semua berjalan dengan tubuh kami diikatkan satu sama lain pada tali yang
dikaitkan pada carabin, yang melakukan perjalanan ke Burangrang hanya 6 orang
karena saudaraku Fenny dievakuasi karena sakit. Di perjalanan banyak kejadian
yang tak terlupakan seperti saudarku Husni yang sering jatuh karena sepatunya
licin, pergantian pembawa tali, dsb. Webbing together membuat kami semua harus
berjalan beriringan tidak bisa saling mendahului dan tidak bisa meninggalkan
yang lain, dan dengan cara ini menuntut kami untuk kompak dan saling
memperhatikan dan harus melakukan komunikasi satu sama lain, sehingga hal ini
secara tidak langsung membangun rasa persaudaraan dan kekeluargaan diantara
Kami Siswa Diklatsar 32.
Kami pun sampai di gunung burangrang,
sesampainya disana kami beristirahat sejenak dan melakukan makan siang, ada hal
lucu yang mewarnai makan siang kami, yaitu nasi yang dihidangkan tidak matang
sehingga tidak bisa dimakan, hal ini membuat saudaraku Ineu menangis. Istirahat
kami di puncak tidaklah lama, kami langsung turun dari puncak ditemanai oleh
hujan lebat yang membuat jalan menjadi licin, itu membuat kami kesulitan
berjalan sehingga harus berjongkok untuk menuruni gunung, badan kami basah dan
kotor. Dan setelah sekian lama menuruni lereng Burangrang yang licin karena
hujan, kami pun sampai di Cisuren dimana kami harus melewati Sungai Cisuren
untuk bisa sampai ke tempat Camp kami.
Malam hari kami sampai di Cisuren,
disana kami langsung membuat bivak untuk tempat beristirahat, setelah itu kami
pun memasak, makan malam, lalu beristirahat. Keesokan harinya yaitu hari keenam
kami mendapatkan materi tentang IMPK yaitu Ilmu Medan Peta dan Kompas dari
Instruktur Reza dan Instruktur Ferry (Babak), setelah materi kami pun menuju ke
situ Lembang. Di situ lembang kami melakukan penyebrangan basah, dimana kami
menyebarangi Situ dengan memakai Webbing ditubuh dihubungkan dengan tali yang
dikaitkan pada Carabiner. Satu persatu dari kami melakukan penyeberangan basah
tersebut dan akhirnya kami semua bisa berhasil menyeberangi Bagian Tentakel
Situ.
penyebrangan basah |
Keesokan harinya yang merupakan hari
ketujuh, kami dikejutkan dengan berita orang hilang yang teridentifikasi
bernama Iyan, Kami dan Instruktur kelihatan panic saat itu, lalu Instruktur
memerintahkann kami semua untuk membuat tim pencarian di wilayah yang telah
ditentukan, saya kebagian kelompok dengan sabil, Ineu. Ins. Angga dan Ins Reni,
Kegiatan pencarian dilakukan dengan cara melakukan jalan kompas yang merupakan
teknik navigasi tertutup karena dilakukan didalam hutan, Tim kami berjalan
menyusuri arah kompas 76 derajat, Saya bertindak sebagai bidik men, Saudaraku
Sabil sebagai Target man, saudaraku Ineu
sebagai peniuyp peluit untuk member sinyal, Instruktur ANgga sebagai leader
atau penebas dan Instruktur Reni sebagai Sweeper. Medan yang ditempuh adalah
hutan, di perjalanan saat pencaraina kami sempat menemukan tanda-tanda
keberadaan korban tersesat yaitu berupa bungkus mie instan. Setelah sekian lama
pencarian kami pun menemukan korban terbaring kesakitan dan kelelahan.
Kami ( Siswa ) langsung melakukan
penolongan pertama dengan cara melakukan pencekan jika ada bagian tubuh yang
luka, mermbuat tandu dan melakukan penolongan pertama, setelah itu kami membawa
korban ke tempat evakuasi, kami sangat kesulitan membawa korban karena tandu
yang kami buat tidak kokoh sehingga posisi korban menjadi miring ditambah jalan
yang licin karena hujan dan medan jalannya yang menurun. Tapi karena perjuangan
dan kerja keras kami akhirnya korban bisa dibawa ke tempat evakuasi. Kami
banyak sekali melakukan kesalahan saat proses PPGD dan evakuasi korban, dan
kami pun mendapatkan evaluasi dari Instruktur.
Hari kedelapan kami melakukan
survival, dimana kami harus bertahan hidup dan makan dari apa yang disediakan
oleh alamm, kami pun disebar untuk mencari makan, kami menemukan daun pakis
muda, arbei, ganyong, antanan, cabe gendot, dsb. Jumlah makanan yang kami
kumpulkan sangatlah sedikit tapi lumayanlah untuk mengganjal perut daripada
kami lemas kelaparan. Saat survival kami disuruh membuat solo bivak dimana
bivak kami tidak dibuat untuk tempat camp bersanma tetapi sendiri-sendiri.
Hari kesembilan, kami masih survival,
dan pada saat itu pula kami melakukan perjalanan ke Puncak tangkuban Perahu,
perjalanan yang tidak begitu berat terasa sangat melelahkan karena kami tidak
mendapatkan asupan makanan yang cukup yang akibatnya di perjalanan kami sering
beristirahat, sesampainya di Puncak Tangkuban kami menyayikan lagu Indonesia
Raya dan Lagu Syukur bersama-sama. Dan juga kami mendapatkan games dari para
Instrukur yang membuat kami merasa gembira melepas lelah. Kami beristirahat di
puncak, tidaklah lama kami pun langsung melakukan perjalanan dan akhirnya
sampai di Jayagiri.
Malam Hari di Jayagiri merupakan
malam yang sangat berkesan, dimana kami dituntut untuk semakin kompak dan bertindak cepat, kami pun dievaluasi
mengenai materi yang sudah diberikan dan dilaksanakan selama 9 hari kebelakang.
Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan, perjalanan kali ini terasa
berbeda karena wajah kami disamarkan oleh arang hitam yang katanya supaya tidak
ada yang mngenal kami. Kami terus berjalan melewati pemukiman penduduk.
Penduduk sekitar merasa aneh melihat kami melintas karena badan kami sangat
kotor, dengan wajah yang hitam, didalam hati sempat merasa malu tapi ini
merupakan proses perjuangan yang harus kami lewati untuk bisa menjadi Anggota
Muda Jantera.
Sianghari kami sampai di Gunung Batu,
disana kami sempat beristirahat sejenak ditemani pemandangan kota Lembang Di
sebelah Utara dan kota Bangdung yang menghampar luas di Sebelah selatan. Setelah dari Gunung Batu kami melanjutkan
perjalanan . Kata Instruktur sih menuju Bukit Tunggul tapi tanda-tanda
perjalanan kami akan pulang menuju kampus tercinta UPI. Kami pun semangat untuk
melanjutkan perjalanan walaupun badan terasa sangat lemas dan kaki yang sakit
karena lecet.
Alhamdulillahirabbilalamin, Kami pun
sampai di Kampus, sempat tidak menyangka kami bisa sampai lagi di tempat ini
setelah sekian lama melakukan perjalanan yang sangat panjang. Setelah sampai di
Kampus kami mendapatkan tatapan yang aneh dari orang yang lewat karena kondisi kami sangat itu sangat kotor,
bau, dan sudah tidak mangrupa, apalagi saat disuruh masuk ke Indomaret membeli
jajanan seharga 1000 rupiah per orang saya mendapatkan reaksi yang sangat aneh
dari kasirnya serasa saya berada di acara reality show hehe..
Di kampus kami menuju Bareti, di sana kami
semua diceburkan ke kolam dan membersihkan diri lalu kam9 berganit baju untuk
Upacara. Kami melakukan latihan Upacara. Saat Upacara Kami disambut oleh banyak
sekali teman-teman baik itu teman sesame pencinta Alam dan teman perkuliahan.
Upacaranya sangat berkesan karena ada kembang apinya, kami sempat terharu saat
disalami oleh banyak teman, apalagi saat syal kami berubah dari puti menjadi
oranye.
Diklatsar 32 sangat berkesan, banyak
Ilmu yang saya dapat disini, Terimakasih kepada Para Instruktur yang telah
membimbing dan selalu memperhatikan kami juga kepada saudaraku sesama siswa
yang sudah seperti keluarga sendiri, tidur, makan bareng itu semua tidak bisa
kulupakan begitu saja, hal yang sangat
berharga yang kudapat dari kalian semua adalah kekeluargaan dan
kebersamaan. Pengalaman yang sangat
berharga, tangis, tawa, duka, semua bercampur menjadi satu. Sebuah Perjuangan
yang berakhir manis untuk bisa menjadi Anggota Muda Jantera.
ceritanya sangat berkesan.
BalasHapuswalaupun saya tidak mengikuti acaranya, tapi bisa merasakan atmosfer disana.. :)
suka aku bacanya :)
BalasHapusJadi inget di jayagiri tea berooooo haha