LAPORAN HIDROLOGI 1
BAB I
Latar Belakang Masalah.
Air
merupakan komponen dari lingkungan. Peradaban manusia berjaya mengikuti
sumber air ,demikian pula semua
mahkluk hidup di dunia ini membutuhkan air. Oleh sebab itu air merupakan salah
satu kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan ini, disamping sebagai
kebutuhan hidup air juga dapat berfungsi sebagai sarana dalam membantu
kehidupan manusia dalam menuju perkembangan.
Keberadaan akan air saat ini tidak saja sebagai
kebutuhan konsumsi semata namun air juga memiliki berbagai kegunaan dalam
aplikasinya bagi manusia. Air jika tidak dikelola secara baik dan bijaksana
juga akan memberikan dampak yang buruk bagi mahkluk hidup di bumi, hal ini
terjadi bilamana bumi kehilangan atau semakin berkurangnya sumberdaya air, dan
dampak buruk tersebut dapat pula terjadi akibat dari adanya proses pencemaran
sehingga rusaknya kualitas air sehinga mahkluk hidup
tidak dapat lagi mengambil manfaat air bersih dan sehat sebagai kebutuhan hidup.
Oleh karena itu studi tentang air dirasakan semakin
penting, terutama di negara-negara berkembang yang masih masalah budaya dan
teknologi dalam penelolaan air yang sesuai dengan lingkungannya. Cabang ilmu
yang mempelajari tentang air tersebut adalah Hidrologi. Hidrologi ini berusaha
memberi pemecahan bagi masalah – masalah lingkungan sekitar yang berkaitan
dengan air.
Hidrologi adalah ilmu tentang seluk beluk air di
bumi, kejadiannya, peredarannya dan distribusinya, sifat alam dan kimianya,
serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubungan dengan kehidupan,. Dalam
perkembangannya setiap ilmu biasanya juga mengalami perkembangan dan kemajuan
yang pesat, seiring dengan hal tersebut maka banyak pula berbagai macam ilmu
pengetahuan bermunculan cabang-cabang ilmu yang baru dimana satu sama lain
masih memiliki mata rantai kesatuan dari ilmu induknya. Hal tersebut juga
terjadi pada ilmu Hidrologi damana kemajuan yang pesat terhadap ilmu ini, telah
memunculkan berbagai macam cabang ilmu dari hidrologi itu sendiri, seperti; hidrometeorologi, hidrologi air permukaan,
hidrogeologi, manajemen limbah dan kualitas air, dimana air memiliki peranan penting. Hidrologi juga merupakan suatu ilmu yang
mengkaji tentang kehadiran dan gerakan air di alam. Studi hidrologi meliputi
berbagai bentuk air serta menyangkut perubahan-perubahannya, antara lain dalam
keadaan cair, padat, gas, dalam atmosfer, di atas dan di bawah permukaan tanah,
distribusinya, penyebarannya, gerakannya dan lain sebagainya
Mata air merupakan salah satu objek kajian dalam
hidrologi yang erat kaitannya dengan
lingkungan sekitar kita, untuk mengkaji lebih jauh mengenai studi pendidikan
hidrologi di lingkungan perguruan tinggi akan lebih efektif apabila terjadi keseimbangan dan integrasi antara
teoritik dan praktik di lapangan. Laporan ini merupakan salah satu bukti hasil
integrasi kedua aspek tersebut. Secara
spesifik objek kajian dalam laporan ini merupakan hasil pengolahan data
lapangan yang berkaitan dengan mata air.
BAB II
STUDI LITERATUR
SUNGAI
Sungai ialah
tempat berkumpulnya air yang berasal dari hujan yang jatuh di daerah
tangkapan-nya dan mengalir dengan takarannya. Apabila
berkumpulnya air hujan tersebut dengan tidak mengalir maka disebut danau atau
waduk atau embung atau telaga, secara umum kolam penampungan air hujan.Sungai tersebut
merupakan drainase alam yang mempunyai jaringan sungai dengan penampangnya,
mempunyai areal tangkapan hujan atau disebut Daerah Aliran Sungai (DAS). Bentuk jaringan
sungai sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi, kondisi muka
bumi DAS, dan waktu (sedimentasi, erosi/grusan, pelapukan
permukaan DAS, pergerakan berupa tekktonik,
vulkanik, longsor lokal dll).
Bentuk Jaringan erat kaitannya dengan
bentuk batas DAS. Perbedaan bentuk
DAS dengan luasan
yang sama dan hujan yang sama akan memberikan waktu puncak dan puncak yang
berbeda tetapi volume hidrograf akan sama.
Air hujan yang jatuh ke bumi, sebagian menguap kembali
menjadi air di udara, sebagian masuk ke dalam tanah, sebagian lagi mengalir di permukaan. Aliran air di permukaan ini kemudian akan berkumpul
mengalir ke tempat yang lebih rendah dan membentuk sungai yang kemudian menalir
ke laut.
Pada tahun 1880 an seorang geologist berkebangssan
Amerika, William Davis Morris, berpendapat bahwa sungai dan lembahnya ibarat
organisme hidup. Sungai berubah dari waktu ke waktu, mengalami masa muda,
dewasa, dan masa tua. Menurut Davis, siklus kehidupan sungai dimulai ketika
tanah baru muncul di atas permukaan laut. Hujan kemudian mengikisnya dan
membuat parit, kemudian parit-parit itu bertemu sesamanya dan membentuk sungai.
Danau menampung air pada daerah yang cekung, tapi kemudian hilang sebagai
sebagai sungai dangkal. Kemudian memperdalam salurannya dan mengiris ke
dasarnya membentuk sisi yang curam, lembah bentuk V. Anak-anak sungai kemudian
tumbuh dari sungai utamanya seperti cabang tumbuh dari pohon. Semakin tua
sungai, lembahnya semakin dalam dan anak-anak sungainya semakin panjang.
Gambar
perubahan penampang sungai dibawah ini menunjukkan umur sungai.
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
Lebih dari 98 persen dari semua air di daratan tersembunyi di bawah
permukaan tanah dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran. Dua persen
sisanya terlihat sebagai air di sungai, danau dan reservoir. Setengah dari dua
persen ini disimpan di reservoir buatan. Sembilan puluh delapan persen
dari air di bawah permukaan disebut air tanah dan digambarkan sebagai air yang
terdapat pada bahan yang jenuh di bawah muka air tanah. Dua persen sisanya
adalah kelembaban tanah. (perhatikan gambar di bawah ini)
Bentuk pola jaringan sungai (Howard, 1967)
Struktur dan density dari jaringan sungai
•
Pola jaringan sungai diawali dari titik sumber, ruas
sungai dan dibatasi oleh titik sambungan dengan ruas sungai lainnya.
•
Exterior link: ruas awal yang di batasi oleh titik sumber dan
diahiri oleh titik sambungan
•
interior link: ruas yang dibatasi oleh dua
titik sambungan
•
Maksimum order untuk masing-masing sungai A, B, C
adalah W = 3, 2, 4.
•
Besaran magnitude di interior link (ruas dalam)
adalah merupakan penjumlahan mangnitude dua anak sungai yang bersatu di titik
sambungan sebelah udik ruas tersebut
•
Maksimum nilai magnitude (n) adalah sama dengan
jumlah exterior link (ruas luar), n-1 jumlah total interior link (ruas dalam)
•
jumlah total ruas (link) dalam jaringan sungai
y = 2n-1.
•
Strukture jaringan sungai sangat mempengaruhi faktor
:
–
Hidrologi
–
proses sedimentasi dalam sungai
–
perubahan bentuk saluran (luasan das yang kecil)
Pe ialah rata-rata jumlah link dari sumbernya sampai outlet
Rb = Nu/Nu + 1
Keterangan :
Rb : Indeks
tingkat percabangan sungai
Nu : Jumlah
alur sungai untuk orde ke u
Nu+1 : Jumlah alur
sungai untuk orde ke u + 1
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh STRAHLER
dapat disimpulkan bahwa :
- Apabila nilai Rb lebih kecil dari 3 maka pada alur sungai tersebut akan mempunyai kenaikan muka air banjir dengan cepat, sedangkan penurunannya berjalan dengan lambat
- Apabila nilai Rb lebih besar dari 5 maka pada alur sungai tersebut mempunyai kenaikan muka air banjir dengan cepat, demikian juga penurunannya akan berjalan dengan cepat
- Apabila nilai Rb antara 3 dan 5 maka pada alur sungai tersebut mempunyai kenaikan dan penurunan muka air banjir yang tidak terlalu cepat atau tidak terlalu lambat
Profil
Memanjang Sungai
Morfologi Sungai
Debit aliran merupakan satuan untuk
mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang terjadi di lapangan. Kemampuan
pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk mengetahui potensi sumberdaya
air di suatu wilayah DAS.
Pengukuran Kecepatan Arus Sungai, perlu
diingat bahwa distribusi kecepatan aliran di dalam alur tidak sama arah
horisontal maupun arah vertikal. Dengan kata lain kecepatan aliran pada tepi
alur tidak sama dengan tengah alur, dan kecepatan aliran dekat permukaan air
tidak sama dengan kecepatan pada dasar alur.
Distribusi Kecepatan Aliran
A : teoritis
B : dasar saluran kasar dan banyak
tumbuhan
C : gangguan permukaan (sampah)
D : aliran cepat, aliran turbulen pada
dasar
E : aliran lambat, dasar saluran halus
F : dasar saluran kasar/berbatu
Debit Aliran Sungai
Proses hidrologi seperti Hujan, Evapotranspirasi, Water Surplus,
Infiltrasi, base flow, direct run off merupakan faktor – faktor yang
mempengaruhi debit aliran pada suatu DAS. Selain proses hidrologi diatas
Debit aliran sungai atau besarnya aliran sungai adalah volume aliran yang
mengalir melalui suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Biasanya
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/det). Aliran
adalah pergerakan air di dalam alur sungai. Pengukuran yang dilaksanakan suatu
pos duga air memiliki sebuah tujuan antara lain untuk membuat grafik debit dari
pos duga tersebut. Variable yang terdapat pada grafik tersebut sebagai berikut
:
1.
Fungsi
tinggi muka air dengan debit.
2.
Fungsi
kemiringan muka air dengan debit.
3.
Fungsi
perubahan muka air dengan debit.
4.
Dan
fungsi dari faktor lainnya.
Pada dasarnya pengukuran debit adalah pengukuran luas penampang basah,
kecepatan dan tinggi muka air. Persamaan dasar yang digunakan adalah :
Dengan ketentuan :
Q = Debit (m3/det).
A = Luas penampang basah (m2).
V = Pehitungan Kecepatan pada
saluran terbuka (m/det).
Secara umum pengukuran
kecepatan pada aliran terbuka dapat
dilakukan dengan metode dua, tiga, dan satu titik. Perhitungan kecepatan untuk
semua metode dapat menggunakan formula sebagai berikut :
Oleh beberapa ahli persamaan dasar diatas dikembangkan menjadi
:
Ø
Rumus Manning
Ø
Rumus Strickler
Ø
Rumus Antoine de Chezy
Rumus-rumus dan besaran koesisien kekasaran
ü Bazin:
ü E. Ganguillet - W.R Kutter
Ada beberapa
metode pengukuran debit aliran sungai yaitu :
·
Area-velocity
method
·
Tracer
method
·
Slope
area method
·
Weir
dan flume
·
Volumetric
methodArea
a. Velocity Method
Pada prinsipnya adalah pengukuran luas
penampang basah dan kecepatan aliran. Penampang basah (A) diperoleh dengan
pengukuran lebar permukaan air dan pengukuran kedalaman dengan tongkat pengukur
atau kabel pengukur. Kecepatan aliran dapat diukur dengan metode : metode
current-meter dan metode apung.
Current meter adalah alat untuk
mengukur kecepatan aliran (kecepatan arus). Ada dua tipe current meter yaitu
tipe baling-baling (proppeler type) dan tipe canting (cup type). Oleh karena
distribusi kecepatan aliran di sungai tidak sama baik arah vertikal maupun
horisontal, maka pengukuran kecepatan aliran dengan alat ini tidak cukup pada
satu titik. Debit aliran sungai dapat diukur dengan beberapa metode. Tidak
semua metode pengukuran debit cocok digunakan. Pemilihan metode tergantung pada
kondisi (jenis sungai, tingkat turbulensi aliran) dan tingkat ketelitian yang
akan dicapai.
Pengukuran
Debit dengan Cara Apung (Float Area Methode)
Prinsip : kecepatan
aliran (V) ditetapkan berdasarkan kecepatan pelampung (U)
·
luas penampang (A) ditetapkan berdasarkan
pengukuran lebar saluran (L) dan kedalaman saluran (H)
·
debit
sungai (Q) = A x V atau A = A x k dimana k adalah konstanta
Q = A
x k x U
Q = debit
(m3/det)
U = kecepatan
pelampung (m/det)
A = luas penampang basah sungai (m2)
k = koefisien
pelampung
Pengukuran Debit dengan Current-meter
Prinsip :
· kecepatan diukur dengan current
meter
·
luas penampang basah ditetapkan
berdasarkan pengukuran kedalaman air dan lebar permukaan air. Kedalaman dapat
diukur dengan mistar pengukur, kabel atau tali.
Pengukuran :
Ada 4 cara pengukuran kecepatan aliran yang disajikan dalam Tabel berikut :
Cara Pengukuran Kecepatan Aliran
Ada 4 cara pengukuran kecepatan aliran yang disajikan dalam Tabel berikut :
Cara Pengukuran Kecepatan Aliran
Keterangan :
Vs di ukur 0,3 m dari permukaan air
Vb di ukur 0,3
m di atas dasar sungai
Kecepatan
aliran dihitung berdasarkan jumlah putaran baling-baling per waktu putarannya
(N = putaran/dt). Kecepatan aliran V = aN + b dimana a dan b adalah nilai
kalibrasi alat current meter. Hitung jumlah putaran dan waktu putaran
baling-baling (dengan stopwatch).
A. METODE
SATU TITIK
a. Metode
0,60 Kedalaman
Dalam cara ini pengukuran kecepatan aliran dilakukan pada
titik 0,6 kedalaman aliran dari permukaan air. Hasil pengukuran pada titik 0,6
kedalaman aliran ini adalah merupakan kecepatan rata-rata pada vertikal yang
bersangkutan.
Cara ini digunakan dengan syarat-syarat :
- Apabila kedalaman air antara 0,25 – 0,76 meter
- Apabila aliran sungai membawa banyak sampah sehingga sulit untuk mengukur pada titik 0,2 kedalaman aliran
- Apabila aliran ada suatu sebab lain sehingga alat ukur arus tidak dapat diletakkan pada titik 0,8 kedalaman aliran
- Apabila tinggi permukaan air sungai cepat berubah dan pengukuran harus dilaksanakan secara cepat
Kecepatan aliran dihitung dengan rumus:
V = v.0,60
Keterangan :
V :
Kecepatan aliran rata-rata (m/det)
V0,6 : kecepatan
pada 0,60 kedalaman (m/det)
b. Metode
0,50 Kedalaman
Kecepatan aliran diukur pada 0,50 kedalaman. Kecepatan
rata-ratanya adalah :
V = c1 x v0,50
Keterangan :
V :
kecepatan aliran rata-rata (m/det)
V0,50 :
kecepatan pada 0,50 kedalaman (m/det)
C1 :
konstanta di tentukan dengan kalibrasi (biasanya 0,96)
c. Metode
0,20 Kedalaman
Kecepatan aliran rata-rata di vertikal yang di ukur dapat
dihitung dengan rumus :
V = c2 x v0,20
Keterangan :
V :
Kecepatan aliran rata-rata (m/det)
V0,20 :
kecepatan pada 0,20 kedalaman (m/det)
C2 :
Konstanta ditentukan dari kalibrasi
B. METODE
DUA TITIK
Pada metode ini pengukuran kecepatan aliran dilakukan
pada 0,2 dan 0,8 titik kedalaman aliran dari permukaan air. Kecepatan aliran
rata-ratanya diperoleh dengan merata-ratakan kecepatan aliran yang diukur pada
kedua titik tersebut, yang dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
V = (v0,20 + v0,80)/2
Keterangan :
V :
Kecepatan aliran rata-rata (m/det)
V0,20 :
kecepatan aliran pada 0,20 kedalaman (m/det)
V0,80 :
kecepatan aliran pada 0,80 kedalaman (m/det)
C. METODE
TIGA TITIK
Pengukuran kecepatan aliran dilakukan pada titik 0,2; 0,6
dan 0,8 kedalaman aliran dari permukaan air. Sebenarnya cara ini merupakan
gabungan antara dua titik dengan cara pada 0,6 kedalaman. Kecepatan rata-rata
tiap vertikal diperoleh dengan merata-ratakan hasil pengukuran pada 0,2 dan 0,8
kedalaman aliran kemudian hasil rata-ratanya dirata-ratakan lagi dengan hasil
pengukuran pada 0,6 kedalaman aliran.
Rumusnya adalah :
V = ½ (v0,6 +
(v0,2+v0,8/2))
Keterangan
:
V : kecepatan aliran rata-rata (m/det)
V0,2 : Kecepatan aliran pada 0,2 kedalaman
(m/det)
V0,6 : Kecepatan aliran pada 0,6 kedalaman
(m/det)
V0,8 : Kecepatan aliran pada 0,8kedalaman
(m/det)
D. METODE
LIMA TITIK
Pada metode lima titik kecepatan aliran rata-ratanya
dihitung dengan rumus :
V = Vs + 3v0,2 + 2v0,6 + 3v0,8 +vb/10
Keterangan :
V :
Kecepatan aliran rata-rata (m/det)
Vs :
Kecepatan aliran dipermukaan (m/det)
Vb :
Kecepatan aliran didasar (m/det)
V0,2 : Kecepatan aliran pada 0,2 kedalaman
(m/det)
V0,6 : Kecepatan aliran pada 0,6 kedalaman
(m/det)
V0,8 : Kecepatan aliran pada 0,8kedalaman
(m/det)
Alasan cara ini digunakan adalah sama dengan cara tiga
titik agar diperoleh data yang lebih baik kualitasnya.
Pengukuran
Debit dengan Metode Kontinyu
Current meter diturunkan kedalam aliran
air dengan kecepatan penurunan yang konstant dari permukaan dan setelah
mencapai dasar sungai diangkat lagi ke atas dengan kecepatan yang sama.
Pengukuran Debit dengan Metode Kontinyu Current meter diturunkan kedalam aliran
air dengan kecepatan penurunan yang konstant dari permukaan dan setelah
mencapai dasar sungai diangkat lagi ke atas dengan kecepatan yang sama.
Panjang, Lebar dan Kemiringan DAS
a.
Panjang
dan Lebar
Panjang DPS
adalah sama dengan jarak datar dari muara sungai ke arah hulu sepanjang sungai
induk. Lebar DPS dihitung berdasarkan luas DPS dibagi panjangnya.
b.
Kemiringan
Lereng
Kemiringan
lereng antara dua lokasi ketinggian dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Id = i/w
Keterangan :
Id : Kemiringan
lereng (m/km)
I : Interval kontur (m)
w : a/e
a : luas bidang diantara dua kontur (km2)
e : panjang rata-rata dua kontur (km)
Kerapatan
DAS
Kerapatan sungai adalah suatu angka indek yang
menunjukkan banyaknya anak sungai didalam suatu DPS. Indek tersebut dapat
diperoleh dengan persamaan sebagai berikut :
Dd = L/A
Keterangan :
Dd : Indek
kerapatan Sungai (km/km2)
L : jumlah
panjang sungai termasuk panjang anak-anak sungainya (km)
A : Luas DPS
(km2)
Ada suatu batasan yang menyatakan besarnya indek
kerapatan sungai, yaitu apabila nilai Dd :
- kurang dari 0,25 km/km2 maka disebut rendah
- 0,25 – 10 km/km2 disebut sedang
- 10 – 25 km/km2 disebut tinggi
- lebih dari 25 km/km2 disebut sangat tinggi
Titik-Titik
Pengukuran Current Meter
INFILTRASI
Infiltarsi adalah
pergerakan air dari atas permukaan tanah ke dalam permukaan tanah yang
disebabkan oleh gaya gravitasi dan kapilaritas, air yang menginfiltrasi itu
mula-mula diserap untu meningkatkan kelembaban tanah, dan selebihnya akan turun
ke dalam tanah melalui proses perkolasi mengalir kesamping.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi infiltrasi:
1. Dalamnya
genangan air di atas permukaan tanah
2. Kadar air dalam
tanah
3. Tebal lapisan
yang jenuh
4. Pemapatan oleh
curah hujan
5. Penyumbatan
oleh bahan-bahan halus
6. Pemapatan oleh
manusi dan hewan
7. Tumbuh-tumbuhan
Persamaannya :
GROUNDWATER STORAGE
Infiltrasi terus
terjadi sampai zona tampungan air tanah(groundwater storage), besarnya
groundwater storage dipengaruhi oleh :
1. Infiltrasi (i),
semakin tinggi infiltrasi maka groundwater storage semakin besar
2. Konstanta
resesi aliran bulanan (k), adalah proporsi dari aliran tanah bulan lalu yang
masih ada bulan sekarang, nilai k cenderung lebih besar dalam bulan basah.
3. groundwater
storage bulan sebelumnya (GSom), nilai ini diasumsikan sebagai konstanta awal
dengan anggapan bahwa water balance merupakan siklus tertutup.
Persamaannya :
Metode Mock adalah
metode untuk memprediksi debit yang didasarkan pada water balance, oleh sebab
itu batasan-batasan water balance harus dipenuhi, salah satunya adalah bahwa
perubahan groundwater storage selama kurun waktu tahunan tertentu adalah nol
(ΔGS = 0)
ΔGS adalah selisih
antara groundwater storage bulan yang ditinjau dengan groundwater storage bulan
sebelumnya. (ΔGS = GS – GSom)
BASE FLOW
Base Flow adalah
aliran dasar sungai, Base Flow merupakan selisih antara infiltrasi dengan
perubahan groundwater storage. Karena water balance merupakan siklus tertutup
dengan periode tahunan tertentu maka ΔGS
= 0, sehingga jumlah base flow akan sama dengan jumlah infiltrasi.
Persamaannya :
KESIMPULAN
DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat diambil dari laporan ini adalah sebagai berikut :
a) Untuk
mengukur debit suatu sungai dapat menggunakan Velocity arca method sedangkan
untuk mengukur kecepatan aliran dapat menggunakan metode apung, yang kemudian
data kecepatan di dapat dikalikan pada luas penampang sungai sehingga
menghasilkan debit. Debit aliran sungai yang diteliti = sungai buatan = sungai
alami
b) Pad
sungai buatan yang bentuk penampangnya datar dan lurus turbulensinya relatif
kecil sehingga kecepatan laju pelampung hampir sama penghitungan luas dan
debitnya pun lebih mudah, sebaliknya pada sungai alami.
c) Melalui
pengukuran water pass kita dapat mengetahui kemiringan lahan aliran air dan
kemiringan lahan aliran air disekitar lokasi.
d) Pemetaan
bentuk dan kedalaman pada saluran cibereum dan sub das cibereum dihasilkan dari
data-data azimut dan jarak tempat serta hasil pengukuran kedalamannya.
2.
Saran
Adapun
saran penulis pada laporan ini adalah sebagai berikut :
Ø Secara khusus :
a) Kerjasama
dalam dan antar kelompok harus terus dijaga dan ditingkatkan.
b) Kekompakan
di lapangan harus diterapkan.
c) Sebelum
melakukan praktikum setiap peserta praktikum harus memahami dan menguasai
materi praktikum itu sendiri.
d) Praktikum
harus dilaksanakan dengan penuh
perencanaan dan persiapan awal yang matang.
e) Bimbingan
dan pengawasan pembimbing selama praktikum harus lebih merata dan terawasi.
Ø Secara umum :
Hidup
manusia seharusnya seperti aliran air sungai. Semakin menuju ke laut, semakin
banyak cabang dan semakin membuat makmur pula daerah di sekitarnya. Namun,
manusia tidak belajar dari aliran sungai. Semakin banyak manusia, semakin
serakah pula manusia sehingga alam dan lingkungan sekitarnya semakin dirusak.
Manusia adalah bagian dari Bumi. Bumi bukan milik manusia, namun manusialah
milik Bumi. Maka marilah kita mulai menghargai alam dengan menghargai air
terlebih dahulu wujud penghargaan itu salah satunya dengan menjaga untuk tidak
mencemarinya dan menghemat penggunaannya.
Komentar
Posting Komentar